Dengan populasi yang menua dan tingkat kelahiran yang menurun, Singapura semakin bergantung pada pekerja rumah tangga asing untuk membantu rumah tangga.
Tetapi terlepas dari pentingnya mereka, mereka sering dipandang rendah dan diperlakukan seolah-olah mereka tidak terlihat, dan upaya mereka sering diabaikan atau kurang dihargai.
Kehidupan pekerja rumah tangga asing cukup sulit – mereka pindah ke negara yang benar-benar asing, meninggalkan keluarga, dan menghadapi hambatan bahasa.
Selain menghadapi perasaan terisolasi dan rindu kampung halaman, mereka sering diperlakukan sebagai orang buangan sosial.
Berikut adalah beberapa ide untuk meringankan kesulitan yang mereka hadapi.
Pertama, mempromosikan gaya hidup kehidupan kerja yang sehat.
Kementerian Tenaga Kerja yang diamanatkan satu hari libur sebulan dari akhir tahun ini adalah langkah ke arah yang benar.
Sering memberikan kesempatan bagi pekerja rumah tangga untuk bersosialisasi dan terlibat satu sama lain dapat mengurangi perasaan terisolasi.
Kita perlu memerangi gagasan bahwa pekerja rumah tangga tidak berpendidikan atau bernilai rendah – memperlakukan mereka dengan hormat akan meningkatkan penerimaan sosial – dan mengakui manfaat sosial dan ekonomi penting yang telah mereka sumbangkan ke Singapura.
Dengan melakukan pekerjaan rumah tangga, merawat orang tua, atau merawat anak-anak, pekerja rumah tangga adalah tulang punggung masyarakat Singapura yang tidak terlihat, dan mereka harus menunjukkan rasa terima kasih yang layak.
Kevyn Gunawan