Wellington (ANTARA) – Penyelam Selandia Baru mencari perairan yang terkontaminasi di dekat Gunung Putih pada Sabtu (14 Desember) dalam upaya untuk mengambil dua mayat yang tersisa, menyusul letusan fatal awal pekan ini, kata polisi.
Perairan di sekitar pulau itu terkontaminasi oleh letusan besar batu, lava dan bahan kimia pada hari Senin, mengurangi jarak pandang.
Jumlah korban tewas akibat letusan mencapai 14, tetapi mungkin meningkat dengan banyak korban dalam perawatan intensif dengan luka bakar parah.
Wakil komisaris polisi John Tims mengatakan para penyelam menghadapi “kondisi unik dan menantang” ketika mereka mencari di perairan “dengan jarak pandang antara nol dan dua meter”.
“Penyelam telah melaporkan melihat sejumlah ikan dan belut mati terdampar di darat dan mengambang di air,” kata polisi dalam sebuah pernyataan. “Setiap kali mereka muncul ke permukaan, para penyelam didekontaminasi menggunakan air tawar.”
Sisa-sisa enam orang berhasil ditemukan pada hari Jumat setelah tim militer dengan masker gas dan pakaian hazmat mendarat di pulau tak berpenghuni dan memindahkan mayat-mayat itu dalam operasi berisiko tinggi.
Polisi mengatakan mereka tidak dapat mengambil sisa-sisa dua orang lagi, tetapi melihat setidaknya satu mayat di perairan tidak terlalu jauh dari garis pantai pulau.
Sembilan anggota regu penyelam polisi melanjutkan pencarian mereka pada pukul 7 pagi waktu setempat (1800 GMT Jumat) dan operasi akan didorong oleh tim penyelam angkatan laut di kemudian hari.
Polisi mengatakan dalam sebuah pernyataan sebelumnya bahwa mereka tidak akan kembali ke pulau itu untuk pencarian berbasis darat pada hari Sabtu, tetapi akan kembali di masa depan.
“Perencanaan hari ini akan memungkinkan kami untuk kembali ke pulau itu untuk melakukan pencarian berbasis darat lebih lanjut untuk almarhum yang tersisa, karena lingkungan di dan sekitar pulau memungkinkan,” kata polisi.
“Tidak akan ada kembali ke pulau hari ini,” tambahnya dalam pernyataan itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Sabtu, badan geologi GeoNet mengatakan ada risiko 35 persen hingga 50 persen dari letusan yang akan berdampak di luar area ventilasi gunung berapi dalam 24 jam ke depan, penurunan dari risiko 50 persen dan 60 persen yang diumumkan pada hari Jumat.
Gunung berapi, tujuan wisata populer bagi para pelancong harian, meletus pada hari Senin, memuntahkan abu, uap dan gas di atas pulau itu.
Di antara 47 orang di pulau itu pada saat itu adalah turis Australia, AS, Jerman, Cina, Inggris dan Malaysia.