MOSKOW, KOMPAS.com – Rusia mengisyaratkan pihaknya berusaha memutus Ukraina dari pembangkit nuklir terbesar di Eropa kecuali Kyiv membayar Moskow untuk listrik.
PLTN Zaporizhzhia direbut oleh pasukan Rusia menyusul operasi militer khusus Presiden Vladimir Putin di Ukraina yang diluncurkan pada 24 Februari.
“Jika sistem energi Ukraina siap menerima dan membayar, maka (pabrik) akan bekerja untuk Ukraina. Jika tidak, maka (pabrik) akan bekerja untuk Rusia,” kata Wakil Perdana Menteri Rusia Marat Khusnullin selama perjalanan ke wilayah tersebut pada hari Rabu (18 Mei), kantor berita Rusia melaporkan.
Pernyataannya muncul setelah para pejabat Rusia mengindikasikan bahwa Moskow bermaksud untuk tetap berada di wilayah yang dikontrolnya di Ukraina selatan, seperti wilayah Kherson dan sebagian besar Zaporizhzhia.
“Kami memiliki banyak pengalaman bekerja dengan pembangkit listrik tenaga nuklir, kami memiliki perusahaan di Rusia yang memiliki pengalaman ini,” kata Khusnullin.
Dia mengatakan “tidak ada keraguan” pabrik Zaporizhzhia akan tetap beroperasi. Badan nuklir Ukraina Energoatom mengatakan pada hari Kamis bahwa pembangkit itu terus memberi makan jaringan listrik nasional.
Rusia “tidak memiliki kapasitas teknis untuk memasok energi dari pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia ke Rusia atau Krimea,” kata juru bicara Energoatom Leonid Oliynyk kepada AFP.
“Ini membutuhkan biaya dan waktu …. Dan dalam satu atau dua bulan kita akan memiliki segalanya di bawah kendali Ukraina lagi,” tambahnya.
Oliynyk mengatakan Rusia tidak memiliki kemampuan untuk memutus pasokan listrik ke Ukraina, karena “Ukraina mengendalikan semua peralatan yang relevan”.
Pada tahun 2021, sebelum pecahnya konflik, pembangkit itu menyumbang seperlima dari produksi listrik tahunan Ukraina dan hampir setengah dari listrik yang dihasilkan di pembangkit listrik tenaga nuklir negara itu.
Tentara Rusia pada awal Maret menguasai pabrik di kota Enerhodar, dipisahkan oleh sungai Dnipro dari ibu kota regional Zaporizhzhia yang masih di bawah kendali Kyiv.
Bentrokan meletus di pabrik pada hari-hari pertama konflik, meningkatkan kekhawatiran kemungkinan bencana nuklir di negara di mana reaktor nuklir meledak di pabrik Chernobyl pada tahun 1986.
Khusnullin lebih lanjut mengisyaratkan bahwa Rusia ada di sana untuk tinggal.
“Saya menganggap bahwa masa depan wilayah ini adalah bekerja dalam keluarga Rusia yang ramah. Itu sebabnya saya datang ke sini, untuk membantu integrasi sebanyak mungkin,” katanya.